Kegiatan bersepeda pada 5 tahun belakangan ini semakin banyak digemari, baik dikota metropolitan Jakarta maupun dikota-kota besar di daerah khususnya di ibukota propinsi. Dan saat ini bukan hanya anak-anak saja yang gemar bersepeda, orang dewasa pun mulai menggilai kegiatan bersepeda ini. Terbukti dengan banyaknya muncul komunitas-komunitas pecinta sepeda seperti salah satunya adalah Bike To Work (BTW) di Jakarta yang sering mengadakan kegiatan bersepeda di tempat-tempat strategis seperti Bundaran HI, Jakarta Pusat atau Blok M, Jakarta Selatan. Selain Bike To Work (BTW) yang merupakan komunitas pecinta sepeda lipat, masih banyak komunitas pecinta sepeda jenis lain seperti komunitas pecinta sepeda onthel, sepeda gunung, sepeda balap, sepeda BMX hingga sepeda low rider (sepeda dengan pedal rendah dan stang yang tinggi dan lebar). Dan fenomena semakin meningkatnya kegiatan bersepeda ini membuat sepeda dan perlengkapannya menjadi sebuah peluang bisnis yang bisa digarap. Namun sejauh mana prospek usahanya dan faktor-faktor apa saja yang harus diperhatikan bila ingin sukses mengembangkan usaha atau bisnis sepeda dan perlengkapannya ini?
1. Peluang
Menurut pengamatan Puspita Mustika Adya, seorang mantan atlet balap sepeda nasional yang kini menangani situs penjualan sepeda dan perlengkapan sepeda, seiring dengan semakin besar minat masyarakat untuk bersepeda, prospek usaha penjualan sepeda dan perlengkapannya baik pakaian, celana, helm, maupun komponen sepeda masih sangat besar. Ini dapat dilihat dengan penjualan sepeda yang semakin meningkat dan dibanjiri oleh pembeli. Dan meningkatnya penjualan sepeda ini juga diikuti pula oleh meningkatnya penjualan kebutuhan perlengkapan sepeda seperti pakaian, celana, sarung tangan, hingga helm khusus untuk sepeda. Dan kebutuhan perlengkapan sepeda ini rata-rata saat ini masih merupakan produk impor dari luar negeri, seperti halnya sepeda. Kalaupun ada yang lokal biasanya buatan pabrik yang diproduksi secara massal. Adapun perlengkapan sepeda yang dibuat oleh pelaku UKM saat ini umumnya berupa pakaian maupun celana sepeda. Dan kebanyakan pelaku UKM yang membuat baju dan celana ini berlokasi di Bandung terutama di jalan Burangrang, Bandung. Tidak banyaknya pelaku UKM yang membuat produk perlengkapan sepeda ini dikarenakan investasi untuk membuat produk perlengkapan sepeda cukup besar terutama untuk produk berupa helm. Seperti halnya produk pakaian dan celana sepeda atau biasa disebut jersey, umumnya produk perlengkapan sepeda ini dibuat belum secara massal namun biasanya order melalui pesanan. Hal ini dikarenakan harga jual produk perlengkapan sepeda tersebut terbilang mahal. Sehingga tidak heran bila produk perlengkapan sepeda seperti baju dan celana yang saat ini membanjiri pasaran lokal adalah produk impor.
Disinilah peluang usaha membuat perlengkapan sepeda bagi pelaku UKM akan semakin besar. Apalagi bila pelaku UKM tersebut membuat produk sesuai dengan selera konsumen yang akan memberikan nilai lebih tersendiri dibandingkan produk massal yang dibuat pabrikan.
2. Investasi
Banyaknya pilihan usaha dibidang ini dari mulai produsen perlengkapan sepeda, distributor, sampai pedagang ritel , memerlukan investasi dari yang murah sampai yang mahal. Jika ingin investasi murah bisa membuat produk berupa pakaian bersepeda, seperti yang dijalani seorang pelaku UKM bernama Mustofa. Dia adalah seorang produsen jaket dan rompi sepeda dengan modal awal hanya sekitar 5 juta saja.
Jika ingin mengembangkan usaha dalam skala yang lebih besar, bisa menjadi distributor maupun pedagang ritel. Dimana untuk menjadi distributor atau pedagang ritel ini selain harus menyediakan lokasi/tempat usaha, juga harus menyediakan produk yang lengkap dari sepeda hingga komponen dan perlengkapannya. Seorang pemilik toko sepeda Speedshop Bicycle, Eka, mengatakan investasi untuk membuka diluar tempat saat ini bisa mencapai 100 juta.
Namun, menjadi penjual sepeda dan perlengkapannya juga dapat dilakukan dengan investasi yang tidak terlalu besar, yaitu dengan melakukan penjualan secara online. Dimana penjualan secara online ini modal yang dibutuhkan hanyalah kepercayaan. Dan modal kepercayaan dari pihak supplier adalah yang paling penting. Untuk sistem penjualan secara online ini yang pertama dilakukan adalah mencari marketnya terlebih dahulu, yang bisa dilakukan dengan melakukan promo online dan ikut berbagai lomba yang dilakukan oleh komunitas atau klub sepeda.
3. Strategi Pemasaran
Dalam melakukan pemasaran, yang pertama kali harus dilakukan pelaku usaha adalah pengenalan produk, dimana faktor pengetahuan terhadap produk sangat penting karena biasanya konsumen yang datang akan menanyakan berbagai hal mengenai sepeda yang ingin dibelinya. Pengetahuan terhadap produk ini diantaranya mengenai jenis sepeda sesuai fungsinya, sehingga konsumen tidak salah memilih sepeda yang akan digunakan untuk kebutuhannya. Misalnya sepeda lipat untuk keperluan jarak jauh dijalan datar, atau sepeda jenis BMX yang tidak bisa digunakan untuk jarak jauh.
Kedua, dalam melakukan pemasaran pelaku usaha juga bisa menerapkan sistem DP terlebih dahulu dan minimal pembelian lebih dari 1 lusin, untuk meringankan biaya pembelian yang harus ditanggung.
Sedang strategi lainnya bisa dilakukan dengan mengadakan kerjasama dengan berbagai pihak yang menyelenggarakan kegiatan bersepeda hingga ikut bergabung dengan komunitas sepeda.
Selain itu, lokasi usaha juga mempunyai peran penting dalam strategi pemasaran. Berada dekat dengan kompleks perumahan dan perkantoran merupakan hal yang menguntungkan untuk perkembangan usaha.
4. Persaingan
Untuk wilayah Jabodetabek, persaingan usaha dibidang ini memang sudah mulai ketat. Dan persaingan paling ketat dirasakan oleh pedagang ritel. Akan tetapi peluang didaerah masih terbuka lebar.
Dalam mengatasi persaingan ini, para pemilik toko sepeda dianjurkan harus mengedepankan servis terhadap konsumen, diantaranya dengan memiliki layanan untuk servis sepeda dari mekaniknya. Selain itu juga pemilik toko sebaiknya melakukan uji terhadap produk yang akan dijualnya sehingga bisa melakukan review terhadap kualitasnya.
Adapun untuk produsen perlengkapan sepeda (terutama pemula), dalam mengatasi persaingan usaha yang masih didominasi oleh produk impor maupun pabrikan lokal, dianjurkan hendaknya membuat produk perlengkapan sesuai selera konsumen dan diupayakan sesuai tren saat itu. Misalnya tren pakaian sepeda dengan model dihiasi motif-motif yang berhubungan dengan sepeda. Atau menjual produk pakaian sepeda sesuai pesanan mengikuti selera tim atau klub sepeda yang biasanya dihiasi dengan tulisan nama-nama sponsor tim tersebut.
5. Kendala
Setiap usaha mempunyai kendala-kendala tertentu. Begitu juga dengan usaha ini, ada beberapa kendala yang dijumpai diantaranya untuk produk yang dibuat mengikuti keinginan konsumen bila tidak sesuai akan menjadi kerugian yang ditanggung pemilik. Kemudian, karyawan yang terampil membuat produk juga masih menjadi kendala. Belum lagi bila konsumen komplain karena sepeda yang dibelinya ternyata tidak sesuai dengan kebutuhannya.
Pemesanan pakaian dan celana sepeda impor juga terkendala oleh waktu. Dimana pengurusan di Bea Cukai untuk bea impor masih butuh waktu 2-3 hari. Apalagi pakaian dan celana jersey impor harganya cukup mahal sekitar Rp 800 ribu sampai Rp 1 juta untuk satu stel pakaian plus celana.
6. Keuntungan
Untuk penjualan produk pakaian dan celana impor, pelaku bisa mendapatkan potongan harga dari produsen sekitar 20%-30%. Sehingga keuntungan dari penjualan pakaian dan celana impor ini diperkirakan sebesar 20%. Sedangkan penjualan sepeda rakitan untungnya berkisar 15-20% lebih besar dibandingkan menjual sepeda dalam kondisi utuh yang dibeli dari pihak dealer, yang hanya berkisar 10-15%. Adapun keuntungan yang paling besar diperoleh adalah oleh produsen pakaian sepeda, seperti Mustofa. Dimana dengan membuat jaket dan rompi sepeda keuntungan usaha yang bisa diperolehnya mencapai 45%. Dan balik modalnya pun cukup dalam waktu 2 bulan.
Sedangkan dari sisi penjual, menjadi pedagang ritel akan lebih menguntungkan karena bisa mendapatkan untung 10-15%. Adapun dealer atau pedagang grosir biasanya hanya mendapatkan keuntungan sebesar 5-8%. Dan keuntungan dari pihak importir atau produsen pabrikan sekitar 3-5% saja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar